BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok
yang harus dikuasai oleh guru ataupun dosen yaitu: 1) menguasi materi atau
bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodologi atau cara
untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk ke
dalam aspek nomer 2 yaitu cara membelajarkan siswa.
Keterampilan
dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru ataupun
dosen, karena mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan
tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional,
karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai. Keterampilan dasar mengajar
(teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis
instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru ataupun dosen agar dapat melaksanakan
tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. Dengan demikan
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau
keterampilan yang bersifat mendasar dengan beberapa kemampuan atau keterampilan
yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh
setiap guru ataupun dosen
dalam melakasanakan tugasnya.
B. Urgensi Keterampilan Dasar Mengajar
Setiap
tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki
kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep
pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga
pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang
sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas peserta didik sulit
memahami materi yang disampaikannya.
Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah
standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu
pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang
tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana
menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah
seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai
kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh
peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka.
Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa
mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan
suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah
keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian
keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan
diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti
secara simultan dipengaruhi
oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang
ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan
lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta
wawasan tentang diri dan misi seorang guru ataupun dosen.
Kompetensi dasar mengajar
dalam makalah merupakan pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu dipahami
seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga
pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran.
C. Macam-Macam Keterampilan Dasar Mengajar
1. Keterampilan Bertanya
Bertanya adalah salah satu teknik untuk
menarik perhatian para pendengar, khususnya menyangkut hal-hal penting yang
menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan.
Dalam
proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan
yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan
dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan
menurut maksudnya dan pertanyaan menurut taksonomi Bloom. Pertanyaan menurut
maksudnya terdiri dari: Pertanyaan permintaan (compliance question),
pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau
menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing
question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan
pengetahuan (recall question atau knowledge question), pemahaman
(comprehension question), pertanyaan penerapan (application question),
pertanyaan sintesis (synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation
question). Turney (1979) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti
berikut:
a)
Membangkitkan
minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
b)
Memusatkan
perhatian pada masalah tertentu
c)
Menggalakkan
penerapan belajar aktif
d)
Merangsang
siswa mengajukan pertanyaan sendiri
e)
Menstrukturkan
tugas-tugas sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal
f)
Mendiagnosis
kesulitan belajar siswa
g)
Mengkomunikasikan
dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
h)
Menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang
diberikan.
i)
Melibatkan
siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses
berpikir
j)
Mengembangkan
kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru
k)
Memberikan
kesempatan untuk belajar diskusi
l)
Menyatakan
perasaan dan pikiran murni kepada siswa.
2.
Keterampilan Memberikan Penguatan
Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal
ataupun non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik
(feedback). Penguatan juga merupakan respons terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Memberi
penguatan atau reinforcement merupakan tindakan atau respons terhadap
suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas
tingkah laku tersebut di saat yang lain. Respons tersebut ada yang positif dan
ada yang negatif.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat
mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa
dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina
tingkah laku siswa yang produktif. Keterampilan memberikan penguatan terdiri
dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh guru
agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Adapun
komponen jenis-jenis penguatan yang dapat digunakan oleh guru adalah sebagai
berikut:
a.
Penguatan
verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata / kalimat yang diucapkan seperti: bagus, baik, hebat,
mengagumkan, kamu cerdas, setuju, ya, betul, tepat dan lain sebagainya.
b.
Penguatan
gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi
arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa tepuk
tangan, acungan jempol, anggukan tersenyum, dan sebagainya.
c.
Penguatan
dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru kepada peserta didik dengan cara
mendekatinya.
d.
Penguatan
dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh
peserta didik.
e.
Penguatan
dengan memberi kegiatan yang menyenangkan.
f.
Penguatan berupa
tanda. Adakalanya guru memberikan penilaian kepada peserta didik yang berupa
symbol-simbol atau benda-benda.
3. Keterampilan
Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan
guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk
mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa
senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Prinsip penggunaan variasi antara lain sebagai
berikut:
· Variasi hendaknya digunakan
dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
· Variasi harus digunakan secara
lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian siswa dan tidak
mengganggu pelajaran.
· Direncanakan secara baik dan
secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dimaksudkan sebagai proses
perubahan dalam pengajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok/komponen, yaitu:
a.
Variasi
dalam cara mengajar guru, meliputi: penggunaan variasi suara, pemusatan
perhatian siswa, kesenyapan atau kebisuan guru, mengadakan kontak pandang dan
gerak, gerakan badan, mimik, dan pergantian posisi guru dan gerak guru dalam
kelas.
b.
Variasi
dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila
ditinjau dari indra yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian,
yakni dapat didengar, dilihat dan diraba.
c.
Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi
pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta
untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
4. Keterampilan
Menjelaskan
Keterampilan
menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematik untuk itu ada hubungan yang satu dengan yang
lain misalnya antara sebab dan akibat atau definisi dengan contoh atau dengan
sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik
dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan
menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan ciri utama kegiatan guru dalam
interaksi dengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih mendemonisasi
pembicaraan guru harus optimal sehingga bermakna bagi murid. Penyajian
penjelasan harus didasari prinsip-prinsip yaitu; (a) adanya relevansi antara
penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b) sesuai dengan keperluan, (c) mengingat latar
belakang dan kemampuan siswa, (d)
diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan
(e) isi penjelasan bermakna bagi siswa.
Penyampaian
informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah
satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa
di dalam kelas. Tujuan memberikan penjelasan adalah sebagai berikut:
a)
Membimbing
murid agar mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip
serta objektif dan bernalar
b)
Melibatkan
murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
c)
Untuk
mendapatkan feedback dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi
kesalahpahaman murid
d)
Membimbing
murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan mendapatkan
bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
Penyajian suatu penjelasan dapat
ditingkatkan hasilnya dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Kejelasan.
Penjelasan hendaknya diberikan siswa dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
siswa dan menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”,
“kira-kira”, “umumnya”, “biasanya”, “seringsekali” dan istilah-istilah yang
tidak dapat dimegerti oleh anak.
b.
Penggunaan
contoh dan ilustrasi.
c.
Pemberian
tekanan. Dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa
kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.
d.
Penggunaan
balikan. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.
5. Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran ialah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prokondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran ialah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar-mengajar.
Membuka
pelajaran dapat diartikan dengan aktivitas guru untuk menciptakan suasana siap
mental dan menimbulkan atensi siswa agar terpusat terhadap apa yang akan
dipelajari. Menutup pembelajaran adalah aktivitas guru untuk mengakhiri
kegiatan inti pembelajaran. Hal ini terkait dengan pemberian gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari murid, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.Komponen
keterampilan membuka dan menutup pelajaran meliputi:
a.
Membuka Pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
(1)
Menarik perhatian siswa
Cara yang dapat digunakan guru untuk
menarik perhatian siswa antara lain
sebagai berikut:
· Gaya mengajar guru
· Penggunaan alat bantu mengajar
· Pola interaksi yang bervariasi.
(2)
Menimbulkan motivasi
Ada
beberapa cara untuk menimbulkan motivasi, diantaranya sebagai berikut:
· Bersikap hangat, ramah, antusias,
bersahabat, dan sebagainya. Hal ini dapat mendorong tingkah dan kesenangan
dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
· Menimbulkan rasa ingin tahu
dengan melontarkan ide yang bertentangan dengan menyelesaikan masalah atau
kondisi diri dari kenyataan sehari-hari.
· Memerhatikan minat siswa.
(3)
Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan merupakan usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan
singkat serangkaian alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang harus
dipelajari. Untuk itu, cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
· Mengemukakan tujuan dan batas
tugas
Hendaknya guru mengemukakan tujuan
pelajaran terlebih dahulu dan batas tugas yang dikerjakan siswa.
· Menyarankan langkah-langkah yang
dilakukan
Tujuan dari cara ini adalah agar dalam
pelajaran, siswa terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru
memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.
· Mengingatkan masalah pokok yang
dibahas
Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk
menemukan hal-hal yang positif dari suatu konsep, tanda, media, hewan dan
lain-lain. Selain itu tunjukkan juga hal negatif yang hilang atau kurang
lengkap.
· Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai
penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan
dipelajari.
(4)
Membuat
kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Guru mengaitkan atau menghubungkan
materi yang akan dipelajari dengan materi pelajaran yang lalu. Dengan cara
demikian rangkaian pelajaran akan menjadi satu keseluruhan yang utuh. Prinsip semacam ini juga penting untuk menghindari apa yang disebut dengan retroactive inhibition, yaitu
hambatan yang disebabkan karena materi baru yang dipelajari mengacaukan materi
lama sedemikian rupa sehingga satupun dari materi itu akhirnya tidak ada yang
bisa diingat.
b.
Menutup
Pelajaran
Cara yang dapat dilakukan
oleh guru dalam menutup pelajaran adalah:
(1)
Meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dengan
merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
(2)
Mengevaluasi,
bentuk evaluasi yang dapat dilakukan guru antara lain sebagai berikut:
· Mendemonstrasikan keterampilan
· Mengaplikasikan ide baru pada
situasi lain
· Mengeksplorasi pendapat siswa
sendiri
· Memberikan soal-soal tertulis.
6. Keterampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses
yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau
pemecahan masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan
demikian, diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina
kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai berikut:
a.
Siswa
dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru
atau masalah yang harus dipecahkan mereka
b.
Siswa
dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi
c.
Siswa
terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Mulyasa, Hasibuan dalam
Suwarna, 2006:80).
Sedangkan komponen-komponen keterampilan
membimbing diskusi adalah sebagai berikut:
a.
Memusatkan
perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Caranya sebagai berikut:
· Rumuskan tujuan dan topik yang
akan dibahas pada awal diskusi
· Kemukakan masalah-masalah khusus
· Catat perubahan atau penyimpangan
diskusi dari tujuan
· Rangkum hasil pembicaraan diskusi
b.
Memperjelas
masalah maupun usulan/pendapat. Caranya sebagai berikut:
· Merangkum usulan tersebut
sehingga menjadi jelas
· Meminta komentar siswa dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau
mengembangkan ide tersebut
· Menguraikan gagasan siswa dengan
memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok
dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
c.
Menganalisis
pandangan/pendapat siswa
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota
kelompok. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan
tersebut dengan cara sebagai berikut:
· Meneliti apakah alasan tersebut
memang mempunyai dasar yang kuat.
· Menjelaskan hal-hal yang
disepakati maupun yang tidak disepakati.
d.
Meningkatkan
usulan siswa. Aspek-aspek yang dapat dilakukan yaitu:
· Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menentang siswa untuk berpikir
· Memberikan contoh-contoh verbal
yang sesuai secara tepat
· Memberikan waktu untuk berpikir
· Memberikan dukungan kepada usulan
pendapat siswa dengan penuh perhatian.
e.
Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi. Aspek-aspek yang dapat dilakukan yaitu:
· Mencoba memancing usulan siswa
yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana
· Mencegah terjadinya pembicaraan
serentak dengan memberi giliran kepada siswa pendiam terlebih dahulu.
· Secara bijaksana mencegah siswa
yang suka memonopoli pembicaraan
· Mendorong siswa untuk mengomentari
usulan temannya sehingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan.
f.
Menutup diskusi. Aspek-aspek yang dapat
dilakukan yaitu:
· Dengan bantuan guru, para siswa
membuat rangkuman hasil diskusi
· Memberi gambaran tentang tindak
lanjut hasil diskusi
· Mengajak siswa untuk menilai
proses maupun hasil diskusi yang telah tercapai.
Hal-hal
yang harus dihindari yaitu:
· Mendominasi diskusi sehingga
siswa tidak diberi kesempatan
· Membiarkan siswa tertentu
memonopoli diskusi
· Membiarkan terjadinya
penyimpangan dari tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan
· Membiarkan siswa enggan
berpartisipasi
· Tidak memperjelas atau mendukung
uraian piket siswa
· Gagal mengakhiri secara efektif.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dalam
melaksanakan keterampilan mengelola kelas, perlu diperhatikan komponen keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran, juga bersifat represif yang berkaitan dengan respons
guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Komponen keterampilan mengelola kelas ini pada dasarnya terbagi menjadi dua:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini meliputi:
1) Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan
oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya,
memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian siswa. Sikap tanggap ini
dapat dilakukan dengan cara memandang secara saksama, gerak mendekati, memberi
pernyataan serta memberikan reaksi atas gangguan siswa dalam bentuk teguran.
2) Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif dapat
terjadi jika guru mampu membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu
yang sama dengan cara:
· Visual, mengalihkan pandangan
dari satu kegiatan dan kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap
kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
· Verbal, dengan cara memberikan
komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang
siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
3) Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan
siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian
siswa untuk melakukan tugas secara
berkelompok atau bekerja sama. memusatkan perhatian dapat dilakukan
dengan cara:
· Memberikan tanda, misalnya dengan
menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi.
· Menuntut tanggung jawab atas
keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja
kelompok, memperagakan sesuatu maupun memberi tanggapan.
4) Memberikan
petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas dalam
proses pembelajaran sehingga siswa tidak kebingungan.
5) Menegur
Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga
mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas, guru hendaknya memberikan
teguran dengan memerhatikan teguran dengan memerhatikan hal-hal sebagai
berikut:
· Tegas dan jelas tertuju kepada
siswa yang mengganggu
· Menghindari peringatan yang kasar
dan menyakitkan
· Menghindari ocehan atau ejekan,
lebih-lebih berkepanjangan.
6) Memberi
penguatan
Untuk menanggulangi siswa yang mengganggu atau tidak melakukan tugas,
penguatan dapat diberikan sesuai dengan masalah yang muncul.
b.
keterampilan
yang berhubungan dengan pembalikan kondisi belajar yang optimal.
1)
Modifikasi
perilaku
Modifikasi perilaku menurut Bootzin
merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun
prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Dalam perspektif
behaviorisme modifikasi perilaku didefinisikan sebagai penggunaan secara
sistematis teknik conditioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan
frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku
tersebut.
2)
Melakukan
pendekatan pemecahan masalah kelompok.
3)
Memperlancar
terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas. Memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok.
4)
Menemukan
dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Seorang guru harus
memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk
mengendalikan perilaku siswa tersebut.
8. Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini
ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil,
dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. Komponen
keterampilan yang digunakan adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, guru berperan
sebagai:
a.
Organisator
kegiatan belajar mengajar.
b.
Sumber
informasi bagi siswa.
c.
Pendorong
bagi siswa untuk belajar.
d.
Orang yang
mendiagnosa kesulitan siswa serta memberikan bantuan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
e.
Penyedia
materi dan kesempatan belajar bagi siswa.
f.
Pembimbing
kegiatan belajar siswa (konselor)
g.
Peserta
kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti siswa lainnya, ini berarti
guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah atau mencari
kesepakatan bersama sebagaimana siswa lain melakukannya.
Ada
empat komponen yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan
perorangan, yakni:
a)
Keterampilan
mengadakan pendekatan secara pribadi.
Prinsip yang penting dalam pengajaran
kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya hubungan yang akrab antara guru
dan siswa. Suasana ini dapat diciptakan dengan cara:
· Menunjukkan kehangatan dan kepekaan
terhadap kebutuhan siswa.
· Memberikan respons positif
terhadap pikiran siswa
· Membangun hubungan saling
mempercayai
· Menunjukkan kesiapan untuk
membantu siswa tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa.
· Mendengarkan secara simpati
· Menerima perasaan siswa dengan
penuh pengertian dan keterbukaan
· Berusaha mengendalikan situasi
sehingga siswa merasa aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi.
b)
Keterampilan
mengorganisasi
Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama
pelajaran berlangsung adalah:
· Memberikan orientasi umum tentang
tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan secara jelas.
· Memvariasikan kegiatan yang
mencakup penetapan ruangan kerja, peralatan, cara kerja, aturan, dan waktu.
· Membentuk kelompok yang tepat
pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa.
· Mengkoordinasikan kegiatan dengan
cara melihat kemajuan serta penggunaan materi dari sumber sehingga dapat
memberikan bantuan dengan tepat.
· Membagi-bagi perhatian kepada
berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap datang membantu siapa
saja yang memerlukannya.
· Mengakhiri kegiatan dengan suatu
kulminasi yang dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari kegiatan.
c)
Keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini diperlukan untuk
membantu siswa maju tanpa mengalami
frustasi. Adapun beberapa keterampilan yang menunjang adalah:
· Memberikan penguatan
· Mengembangkan supervise proses awal,
yang dikerjakan dengan tujuan melihat apakah siswa sudah bekerja sesuai dengan
arah, memberi bantuan bila diperlukan, dan sebagainya.
· Mengadakan supervise proses
lanjut, dikerjakan setelah kegiatan berjalan lama, dan sifatnya selektif.
Interaksi yang muncul dapat berupa memberikan bimbingan tambahan, melibatkan
diri sebagai peserta untuk memotivasi siswa, dan memimpin diskusi.
· Mengadakan supervise pemaduan,
dikerjakan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat dicapai
dalam rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman, dan pemantapan. Pada akhirnya
siswa dapat saling belajar serta memperoleh wawasan yang menyeluruh tentang
kegiatan tersebut.
d)
Keterampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Tugas guru yang utama adalah membantu
siswa melakukan kegiatan, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Untuk
itu guru harus mampu membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar yang tepat
bagi setiap siswa dan kelompok serta mampu melaksanakannya. Keterampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar ini mencakup:
· Membantu siswa menetapkan tujuan
pelajaran
· Merencanakan kegiatan belajar
bersama siswa
· Berperan sebagai penasihat bagi
siswa bila perlu
· Membantu menilai pencapaian dan
kemajuan diri.
Keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan yang cukup
kompleks dan memerlukan penguasaan keterampilan-keterampilan sebelumnya, yakni
keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, dan
membimbing diskusi kelompok kecil. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh
pengetahuan, kemampuan, kreativitas, serta hubungan antara guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa.
0 komentar:
Posting Komentar